Tarcisius Cup XIII Kelor 2016

19.53 Vincent Andrasto 0 Comments

Kembali lagi event kevikepan yang ditunggu-tunggu Misdinar se-DIY! Tarcisius Cup XIII Kelor 2016! Sungguh ada yang baru dari kegiatan TC kali ini. Mari kita kupas satu per satu.

Tarcisius Cup sudah terselenggara selama 13 kali dan rutin dilaksanakan sejak tahun 1991, yang artinya sudah 25 tahun TC terselenggara. Kegiatan dua tahunan ini menjadi salah satu khasnya misdinar kevikepan DIY. Entah sejak kapan kegiatan ini menjadi agenda kevikepan karena awalnya diselenggarakan oleh rayon kota saja. Akan tetapi, hal tersebut tidak lebih penting dari semangat yang ingin diusung dalam TC.
Semangat persahabatan dan persaudaraan antar misdinar kevikepan adalah dasar dari munculnya kegiatan TC. Sayangnya beberapa tahun belakangan, semangat dasar ini mulai terkikis dan tidak dikenal oleh para peserta TC. Semangat persahabatan tergantikan oleh semangat kompetisi. Semua peserta saling sikut untuk menjadi yang terbaik. Keprihatinan ini menjadi perhatian kevikepan. Romo Dani, bidang liturgi kevikepan, ingin mengembalikan semangat persahabatan dalam kegiatan TC. Ada cerita menarik Paroki Baciro dengan Romo Dani.
Pertengahan Januari 2016, Romo Dani berkunjung ke Paroki Baciro dan mencari asal usul dan kisah terjadinya TC. Saat itu, Romo ditemui oleh alumni misdinar, perwakilan tim liturgi paroki, dan Romo Mul. Dalam diskusi malam itu, mengungkap beberapa ketentuan tidak tertulis tentang TC seperti yang saya tulis di blog ini tahun 2010. Dalam pertemuan ini, didapati bahwa perlu wadah atau forum antar misdinar se-kevikepan yang terdiri atas perwakilan rayon. Forum ini bisa menentukan penyelenggaraan TC sehingga ketika juara umum didapati adalah petahana atau yang pernah juara umum, maka ada pihak yang memimpin diskusi.
TC XIII awalnya sangat simpang siur penyelenggaraannya. Moderator misdinar kevikepan DIY saat ini sedang kosong, sehingga tidak ada yang memperhatikan penyelenggaraan ini. Ketika kemudian bidang liturgi kevikepan harus mengelola, maka informasi yang ada tidak akan lengkap karena moderator 'lah yang lebih tahu tentang TC. Keberadaan forum antar misdinar se-kevikepan memang sangat penting. Sebelum ditentukan Paroki Kelor sebagai tuan rumah, Paroki Baciro yang paling mendapat banyak pertanyaan menjelang TC XIII kali ini karena sebagai juara umum sebelumnya.
Kembali ke TC XIII Kelor. Untuk mengembalikan semangat persahabatan yang mulai pudar, kevikepan dan panitia menekankan kejuaraan sebagai nomor sekian. Pesan utama yang terus didengungkan adalah "kita datang mencari kawan bukan lawan." Perlombaan yang terlalu kuat kompetisinya dihapuskan dan dikembalikan kepada lomba keliturgian. Kemudian diputuskan bahwa perlombaan adalah Lektor, Mazmur, Paramenta, Cerdas Cermat Litrugi (CCL). Lomba non-litrugi hanya ada 2, yaitu lomba gobak sodor dan balap bakiak. Paroki Baciro mengikuti semua lomba. Kontingen dibatasi hanya sejumlah 35 orang saja. 
Dengan menggunakan 2 bus, Misdinar Baciro berangkat menuju Kelor pada pukul 06.45. Perjalanan sekitar 1,5 jam berlalu dengan cepat. Saat tiba, belum terlalu banyak peserta yang hadir. Segera mencari tempat duduk yang sudah disediakan di lapangan samping gereja dan melakukan registrasi ulang. Pembukaan acara dilakukan sekitar pukul 09.10 yang diisi dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hymne Putra Altar. Sambutan oleh Romo Paroki Kelor dan dilanjutkan dengan penjelasan lokasi masing-masing lomba. Peserta diarahkan oleh panitia yang membaca bendera kecil bertuliskan nama lomba. 
Kegiatan lomba berlangsung semarak dan berjalan baik sampai pukul 13.00. Lomba lektor, Baciro mendapatkan urutan 31 dan Mazmur urutan 14. Pada lomba CCL Baciro langsung lolos ke putaran final pada penyisihan pertama karena hanya salah 1 nomor dari soal yang diujikan. Lomba paramenta dimulai dengan penyisihan namun sayang Baciro tidak lolos penyeisihan pertama sehingga tidak melaju ke tahap berikutnya. Lomba gobak sodor dimulai dan Baciro terus menang hingga ke final bertemua Pugeran. 
Lomba CCL putaran final diikuti oleh 5 paroki. Sempat terjadi kehebohan protes dari paroki lain yang kurang memahami peraturan yang sudah disampaikan oleh panitia berulang kali. Lomba CCL Baciro meraih juara 2. Lomba lektor dan mazmur tidak mendapatkan juara. Pada lomba gobak sodor, saat bertanding dengan Nanggulan, kedua suporter saling mendukung dan berusaha menjalin persahabatan dengan bernyanyi bersama, "Di sini Baciro, di sana Nanggulan, di mana mana kita saudara. Ooo..." Final Gobak sodor dimenangkan oleh Pugeran.
Saat lomba balap bakiak akan diselenggarakan, tiba-tiba turun hujan yang sangat deras dan cukup lama sehingga menggenangi lapangan yang akan digunakan lomba. Panitia memutuskan lomba balap bakiak dibatalkan dan tidak ada pemenang.
Datangnya hujan pada pertengahan acara sangat menggangu penyelenggaraan TC XIII ini. Lingkungan dekat panggung menjadi becek sehingga mengganggu acara penyerahan piala. Karena hujan yang deras tersebut pula banyak peserta TC yang meninggalkan tempat lomba lebih awal. Paroki yang menonton acara penyerahan piala bisa dihitung dengan jari. Panitia sepertinya kurang siap menghadapi datangnya hujan.
Berdasarkan penghitungan poin lomba liturgi, Paroki Kalasan menjadi juara umum TC XIII Kelor 2016. Berikut daftar para pemenang lomba:
MAZMUR
  1. Nandan
  2. Somohitan
  3. Pringwulung
  4. Kalasan
  5. Pakem
LEKTOR
  1. Stasi Pojok
  2. Wonosari
  3. Pugeran
  4. Bandung
  5. Minomartani
CCL
  1. Pakem
  2. Baciro
  3. Kalasan
  4. Kelor
  5. Stasi Pojok
PARAMENTA
  1. Kalasan
  2. Wates
  3. Babadan
  4. Somohitan
  5. Stasi Tambakrejo
GOBAKSODOR
  1. Pugeran
  2. Baciro
  3. Nanggulan
  4. Boro
Peringkat juara umum sebagai berikut.
1. Kalasan (poin 10)
2. Pugeran (poin 8)
2. Baciro (poin 8)
4. Pakem (poin 6)
4. Pojok (poin 6)
4. Somohitan (poin 6)
7. Nandan (poin 5)
8. Wonosari (poin 4)
8. Wates (poin 4)

Ah...ada satu hal lagi yang baru. Berdasarkan konsensus tidak tertulis bila ada paroki yang memenangkan juara umum TC sebanyak 3x berturut-turut maka berhak memiliki piala bergilir yang saat itu ada. Karenanya, piala bergilir TC yang selama ini digunakan sudah menetap di Paroki Baciro. Kemudian Paroki Baciro membuatkan piala bergilir yang baru. Piala bergilir ini akan dijabarkan filosofinya pada postingan berikutnya. Berikut penampakan piala bergilir yang lama dan baru.

Foto: Kiri piala bergilir lama, kanan piala bergilir baru.

Cukup panjang pos saya kali ini. Galeri foto kegiatan bisa dilihat di instagram Misdinar Baciro atau lihat di running pic di bagian paling bawah blog ini.

Demikian berita pelaksanaan Tarcisius Cup XIII Kelor 2016! Jangan ragu untuk memberikan komentar di bawah ya.

0 komentar: