Rekoleksi Menurutku Misdinar Itu

20.28 PPA Baciro 0 Comments

Baiklah saya kembali mengelola blog ini guna menunjukkan kepada Anda bahwasanya Misdinar Baciro masihlah menjadi inspirasi bagi saya.
Tahun ini Rekoleksi diselenggarakan di bulan Juni akhir. Kegiatan rutin ini mengambil tempat yang tidak biasa, yakni di Wisma Sanata Dharma, Pentingsari, Cangkringan, Sleman. Jadi tidak di daerah Kaliurang dan sekitarnya. Rekoleksi kali ini mungkin bisa dibilang sedikit berbeda, karena selain tempatnya yang sulit dijangkau juga kebutuhan dapur yang harus disiapkan sendiri oleh pengurus (piring and friends). Hal ini menjadi pelajaran tersendiri bagi para pengurus. Sayangnya, hal ini tidak dimanfaatkan dengan baik oleh para pengurus. Kegiatan cuci-mencuci kebutuhan dapur tersebut dapat digunakan sebagai media untuk mengajarkan “rasa” menjadi pelayan bagi rekan mereka sendiri. Dengan sekian banyak anggota dan pengurus (berangkat dengan 3 bus kota), pekerjaan cuci-mencuci ini menjadi tidak ringan mengingat setiap piring ditemani oleh sendok dan gelas.

Secara keseluruhan Rekoleksi kali ini baik penyelenggaraanya. Momen yang paling menarik bagi saya adalah ketika pengantar menuju renungan. Sebelum memulai renungan, pengurus memutar sebuah video yang menceritakan pendapat para pengurus tentang Misdinar. Tema “Menurutku Misdinar itu…” tersampaikan dalam video tersebut dan menariknya, setelah video selesai, pengurus masuk dengan membawa lilin ke ruangan yang digelapkan. Dengan iringan lagu “On the Night Like This” yang dipopulerkan oleh Mocca, pengurus mengungkapkan isi hati mereka kepada adik-adik Misdinar. Ketika telah tercurahkan seluruhnya, pengurus membaur bersama seluruh anggota dan menyanyikan lagu tersebut diiringi dengan alunan gitar dan biola yang menyentuh hati.

Esok harinya, permainan wide game telah menanti. Poin pokoknya adalah kerjasama, kekompakan, toleransi, air dan tepung. Riuh rendah! Puas bermain, para misdinar kemudian membersihkan diri dan sarapan. Lalu sesi yang penting untuk hari itu pun dimulai. Pemilihan ketua umum yang baru! Para kandidat adalah mas Bimo, mbak Dian, dan mbak Ayuk. Dengan kampanye dan persaingan perolehan suara yang ketat, maka terpilihlah mbak Ayuk sebagai Ketua Umum Misdinar Baciro! Kegiatan Rekoleksi kali ini ditutup dengan mempersembahkan seluruh acara dalam perayaan ekaristi bersama Rm. G. Suprayitno Pr.

Baciro, 2 Juli 2011

0 komentar:

Dolanane Cah Misdinar - Kasti

22.02 PPA Baciro 0 Comments

Kasti adalah permainan yang cukup sering dimainkan di Baciro. Pertama pemain dibagi dua regu, salah satu mendapat giliran jaga dan satu regu lagi mendapat giliran untuk memukul. Disediakan beberapa pos yang ditandai dengan tiang di mana pemain serang (yang mendapat giliran memukul) tak boleh di"gebok" atau dilempar dengan bola. Pemain serang bergiliran memukul bola yang diumpan oleh salah seoarng pemain jaga. Pemain jaga berjaga di lapangan untuk mencoba menangkap pukulan pemain serang. Ketika bola terpukul, pemain serang berlari ke pos berikut atau "pulang" ke "rumah" yang dibatasi dengan sebuah garis. Kalau pemain yang sedang lari menuju pos atau pulang dapat di"gebok" dia dinyatakan mati dan kedua regu berganti -- regu serang jadi regu jaga dan sebaliknya. Pemain serang yang berhasil pulang mendapat satu angka. Regu yang mendapat angka terbanyak ketika pertandingan berakhir dinyatakan menang, tapi kalau di Misdinar Baciro sih tidak pakai di skor. Permainan ini memang menggunakan gerak dasar berlari, memukul bola dengan sebuah tongkat, menangkap dan melempar. Terdiri dari 2 base dengan jarak minimal 20 meter.

0 komentar:

Rambut Indah Tak Hanya di Kepala

11.11 PPA Baciro 0 Comments

Ungkapan itu memang dapat diartikan banyak makna. Namun sejauh ini hanyalah kesan pribadi saya mengingat betapa disiplinnya teman-teman misdinar saat itu. Khususnya teman-teman putri. Disiplin diri dan kelompok saat remaja (saat bertugas) membuat kami juga tidak sombong atau angkuh melihat diri kami sendiri.

Menjadi suatu ketentuan tidak tertulis bahwa jika misdinar putri bertugas misa harian, mingguan, maupun misa hari raya, jika berambut panjang maka harus diikat sehingga rapi. Bertugas bukan menjadi sarana untuk “bergaya”. Ketentuan itu juga berlaku jika misdinar putra juga berambut panjang mengingat pada jaman saya juga banyak yang seperti itu. Komitmen itu sangat bisa dipahami mengingat posisi misdinar pada saat misa adalah sentral (di altar) sehingga menjadi perhatian sehingga niat untuk tidak mencolok pada saat bertugas adalah niat yang baik. Begitulah semestinya semangat “melayani” diejawantahkan dalam setiap sikap selama bertugas.


Demikian kami belajar melayani, bukan menonjolkan penampakan fisik kami , tapi belajar apa adanya. (han)


Tulisan diambil dari http://iman-picisan.blogspot.com/

0 komentar:

Galeri Reuni Akbar Alumni 2010

15.52 PPA Baciro 0 Comments























0 komentar: